Jum’at, 1
Juli 2022
Pertemuan
ke-20 BM PGRI
Malam Ibu
Rosminiyati sebagai moderator kembali membersamai kita dalam menikmati sajian
materi yang akan disampaikan oleh Narasumber yaitu Bapak Edi S. Mulyanta. S.SI,.,
M.T
Sebagai
salah satu syarat kelulusan dari Pelatihan
Belajar Menulis adalah menerbitkan buku solo dengan minimal pengumpulan
resume sebanyak 20 kali pertemuan. Sebagai penulis, tentunya kita ingin sekali buku
kita bisa diterbitkan oleh Penerbit Mayor dengan berbagai keunggulannya. Untuk
itu, tentu saja kita harus mengetahui seluk beluk atau kriteria agar buku kita
bisa diterbitkan di Penerbit Mayor tersebut.
Materi pertemuan
malam ini dengan topik Menguak Dapur Penerbit Mayor. Jika kita sampai
diajak masuk ke dapur, artinya kita adalah keluarga dekat yang tentu saja tidak
ada rahasia tentang resep utama dalam jurus-jurus penerbitan buku di Penerbit
Mayor ini.
Baiklah Bapak Ibu hebat se-Nusantara, seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, acara kita
terdiri dari:
1. Pembukaan
2. Pemaparan materi
3. Tanya jawab
4. Penutup
Sebelum
masuk ke materi inti, agar kita lebih mengenal sosok Narasumber hebat kita,
marilah sama-sama kita simak profil beliau melalui tautan berikut.
https://www.pbuandi.com/2021/11/edi-s-mulyanta.html?view=flipcard
CV
Singkat
Nama :
Edi S. Mulyanta S.Si, M.T.
JabataN : Manager Penerbitan Andi
Publisher
Tpt/Lhr : Jogjakarta/Tgl Lhr : 24 Mei
1969
Status : Menikah
Istri : Retna G.
Anak : 1. Nindita Saheka Ramadhani 2. Raditya
Rizky Duanda (alm) 3. Naditya Tertia Alfarizky
Hobby :
Membaca, Menulis, Olah Raga, Musik
Fb : https://www.facebook.com/edis.mulyanta
Weblog : https://www.pbuandi.com http://bukudigital.my.id
http://ebukune.my.id
Pendidikan
1. S1 Geografi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta 1994
2. S2 Magister Teknologi
Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006
Riwayat Pekerjaan
- Staff
LitBang Komputer PT. Wahana Semarang 1994-2000
- Staff
EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001
- Dosen
dan Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2000-2001
- Dosen
Tamu Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta 2001
- Staff
Net Business PT. Bayu Indra Grafika Yogyakarta 2001
- Staff
Litbang Penerbitan ANDI Jogjakarta 2002-2003
- Operasional
Penerbit ANDI Jogjakarta 2004 – 2019
- Publishing
Consultant & E-Book Development Penerbit Andi 2020- Sekarang
- Founder
Pasar Buku Digital ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020 – Sekarang
- Dosen
Tamu Mata Kuliah Tipografi Dasar dan Tipografi Aplikasi, Universitas Esa
Unggul Jakarta, 2021
- Dosen
Tamu Penguji Tugas Akhir Fakultas Desain dan Industri Kreatif Universitas
Esa Unggul Jakarta, 2021
Karya
tulis buku
https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=en&oi=ao
- How
to make money in BIG DATA, 2021
- Lebih
Mahir Word 2019, Untuk Penulisan Ilmiah, 2019
- Teknik
Modern Fotografi Digital 2007
- Pengolahan
Digital Image 2007
- Menyusun
Karya Tulis Ilmiah Menggunakan MS Office Word, 2006
- Special
Workshop: Teknik Airbrush Menggunakan Photoshop 2005
- Menjadi
Desainer Layout Andal dengan Adobe InDesign 2005
- Pengenalan
Protokol Jaringan Wireless Komputer 2005
- Kupas Tuntas Ponsel Anda 2003 dll
Sudah penasaran ya ingin Menguak Dapur Penerbit Mayor. Kita juga bisa melihat-lihat buku-buku digital yang sudah terbit di www.pbuandi.com.Disini kita bisa melihat buku-buku yang terbit selama pandemi dalam bentuk digital. Pak Edi sudah hampir 20 tahun mengelola penerbitan buku, awalnya beliau adalah penulis buku mandiri yang hidupnya full dari menulis buku. Kemudian dipercaya untuk mengelola penerbitan buku di Yogyakarta.
Selama 2 Tahun Pandemi sungguh merupakan masa terberat selama karier saya mengelola penerbitan buku. Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia. Ditambah serta diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia
Beruntungnya
sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang
mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan
Indonesia.Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit
Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia
cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan,
telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang
telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak.
Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada
tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke
dunia digital di penerbitan.
Sebagai
calon penulis harus memahami hal ini, karena atmosfir dunia penerbitan
perlahan-lahan akan berubah, karena posisi penulis menjadi semakin strategis
dalam industri penerbitan. Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk
mengubah haluan visi misi mereka ke arah
yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat
dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa
penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba
mengurangi intensitas terbitan bukunya,
akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula
pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit
yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan
bisnisnya.
Secara
otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah
haluan ke usaha yang lain. Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi
industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru
marak-maraknya. Hal ini mungkin karena aktifitas kita dibatasi, sehingga banyak
yang memberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah (WFH)
Penerbit
seperti kami, tidak kekurangan naskah selama pandemi, dengan angka naskah masuk
yang masih stabil. Akan tetapi angka penjualan yang turun hingga 90%, dimana
toko buku sebagai outlet utama kami banyak yang tutup. Sekolah dan kampus
sebagai sumber pendapatan kami juga melakukan proses belajar mengajar secara
daring.
Produksi
buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa
depan penerbitan di Indonesia secara umum.Tidak semua tema buku, ternyata bisa
digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk
masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik (rebound) pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai
terasa mulai awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur
mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten
memertahankan produksi bukunya.
Data-data
pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas
ternyata masih sangat baik di pasar. Nah para penerbit saat ini sedang gencar
untuk tetap mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan
jaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besa untuk mencoba
menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan
teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi
bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa
penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.
Tema yang menjadi primadona ke
depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru Merdeka Belajar
Bapak ibu tentunya mempunyai pengalaman tentang hal ini, bisa dicoba ditawarkan ke penerbit. Peluang untuk terbit cukup menarik dengan tema kurikulum yang baru.
Penerbit-penerbit mayor mempunyai idealisme masing-masing,
sehingga perlu bapak-ibu perhitungkan jika mengusulkan usulan buku ke
penerbit-penerbit tersebut.Toko buku saat ini sudah mulai kembali menggeliat,
peluang terbit di lini toko buku memang cukup berbeda dengan lini sekolah
maupun kampus. Tema buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema
buku non teks, seperti buku Anak, Buku Motivasi
dan Agama, Fiksi, hingga buku Masak yang masih nangkrin di 10 besar data
buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.
Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah
masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar nulainya dalam
sebuah proyek terbitan satu judul buku. Konsep dasar pembiayaan dalam
penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak tulisan
yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit.
Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema
lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penulisnya sendiri, baik
melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana
Sekolah dll.
Skema penerbitan Indi, sempat marak saat pandemi, dengan
pembiayaan dari penulis akhirnya sebuah naskah dapat diterbitkan. Maraknya
penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yang belum pernah
terjadi selama saya berkarier di dunia penerbitan yaitu menjadi langkanya nomor
ISBN di perpustakaan nasional.
Geger ISBN pun menjadikan permasalah literasi di Indonesia
menjadi sorotan dunia. Begitu besar semangat untuk menulis di Indonesia
menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa menerima energinya. Apakah benar begitu?
Ternyata ada anomali yang tidak wajar terjadi didunia perbukuan di Indonesia.
Wadah ISBN yang biasanya tersedia dengan mudah untuk
mendapatkannya, saat ini menjadi nomor mewah yang cukup sulit untuk
mendapatkannya. Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan
menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah
tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang
perbukuan 2017.
Apakah manfaat ISBN tersebut? ini saya ambil dari presentasi
perpustakaan nasional tentang fungsi ISBN
Pemicu kelangkaan ISBN adalah nomor 5 tersebut, pada
dasarnya bukan karena kesalahan ekosistem penerbitan.Saat ini konsep penerbitan
buku oleh pemerintah dicoba untuk kembali sesuai dengan Undang-undang perbukuan
2017, dimana terbitan buku harus tersebar luas di masyarakat.
Perpustakaan nasional akhirnya memberikan kebijakan baru
untuk membuat sub nomor untuk menghemat ISBN yang telah dijatah oleh ISBN
Internasional.
ini adalah struktur utama ISBN, pada publication element
menunjukkan jumlah produksi buku yang telah diterbitkan untuk mengetahu jumlah
rata-rata produksi buku sebuah penerbit
Semoga dengan kebijakan ini, semangat menulis bapak-ibu
masih tetap terjaga. Buku adalah sumber ilmu, yang memang harus disebarluaskan
ke masyarakat untuk meningkatkan literasi di segala bidang.
Nah buku apa yang dapat bapak ibu tulis, sebaiknya bapak ibu
mengikuti aturan pemerintah yang paling baru.
ini adalah struktur utama ISBN, pada publication element
menunjukkan jumlah produksi buku yang telah diterbitkan untuk mengetahu jumlah
rata-rata produksi buku sebuah penerbit
Semoga dengan kebijakan ini, semangat menulis bapak-ibu
masih tetap terjaga. Buku adalah sumber ilmu, yang memang harus disebarluaskan
ke masyarakat untuk meningkatkan literasi di segala bidang. Nah buku apa yang
dapat bapak ibu tulis, sebaiknya bapak ibu mengikuti aturan pemerintah yang
paling baru. Tulislah sesuai dengan kompetensi serta minat bapak ibu sekalian
Buku dengan Omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama,
karena pasarnya sangat besar seluruh sekolah di Indonesia. Buku ini melalui
proses seleksi dari pemerintah yang cukup ketat. Semua penerbit mempunyai
peluang yang sama, akan tetapi penerbit yang misi dan visinya di buku pelajaran
biasanya yang lebih siap.
Buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar yang
lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak mustahil
buku ini juga mempunyai omzet yang cukup besar juga disalurkan di proyek-proyek
pemerintah.
Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet utama adalah
di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional.
Penerbit mayor mempunya saluran pemasaran yang cukup banyak,
atau disebut omni channel marketing sehingga selama pandemi bisa berkelit di
saat yang sulit.
Nah bapak ibu sebagai calon penulis dapat mencoba menawarkan
semua tipe tulisan supaya peluang terbitnya menjadi lebih besar. Saat ini pasar
buku sudah mulai bangkit lagi, akan tetapi produksi buku sudah terlanjur
melambat. Sehingga bulan-bulan ke depan, jumlah judul buku yang beredar di
Indonesia akan mengalami penurunan akibat 2,5 tahun pandemi.
Ini kesempatan bagi bapak ibu untuk tetap semangat menulis
karena pasar buku masih cukup menarik mengingat buku fisik masih menjadi
andalan utama penerbit dalam mencari peruntungannya.
Kesimpulan
Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai
idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat
mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh
pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap
penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.
Demikianlah uraian materi tentang Menguak Dapur Penerbit
Mayor. Semoga dapat memberikan gambaran tentang dunia penerbitan di Pasca
Pandemi yang cukup memporak porandakan lini bisnis penerbitan. Semoga pasar
buku bisa kembali pulih, dan naskah bapak ibu sekalian akan menghiasi rak-rak
toko buku kembali, dan tas-tas sekolah anak didik kita.
Sesi Tanya Jawab
1. Pada dasarnya sebuah terbitan hanya boleh di
dalam satu penerbit saja. Karena hak cipta ada di penulis, maka penulis dapat
menerbitkan edisi selanjutnya ke
penerbit lain dengan mencabut hak terbit penerbit pertama disebut pula
mengalihkan hak terbit.
2. Novel adalah genre yang laku di toko buku dan
proyek pemerintah. Nah novel yang bisa lolos di penerbit memang harus mempunyai
tema yang kuat, ada unsur pendidikan, lokalitas daerah juga menarik bu. Sebagai
contoh Laskar Pelangi itu mengangkat lokalitas daerah. Negeri Lima Menara mengangkat
dunia pesantren. dll.
Genre Humor - contohnya tulisan-tulisan
Raditya Dika, masih cukup menarik, hanya perlu riset untuk menentukan tema baru
apa untuk generasi digital saat ini.
3 Penulis pemula
mempunyai peluang yang besar untuk terbit jika memang unik materinya.
contoh buku ini ditulis oleh anak
SMP.. cuku baik pemasaran bukunya
Untuk menulis solo memang butuh
perjuangan yang lebih berat. Untuk mengatasi nama yang belum dikenal, bapak ibu
bisa meminta kata pengantar, atao comment untuk mendongkrak pasar
Tentu comment dan kata pengantar
dari penulis senior, tokoh masyarakat, artis atau orang yang dianggap ahli.
Bagaimana prosesnya daftar cetak buku dan pembiayaan
bagaimana dan benefitnya apa?
Ada dua konsep yang berbeda, yang perlu bapak ibu ketahui
dalam memproduksi buku. Mencetak buku atau menerbitkan buku, keduanyaa
mempunyai arti yang berbeda sekali.
Mencetak buku, hanya akan memproduksi buku saja tanpa proses
editing, setting, dan desain cover. Karena hal ini dilakukan oleh penulis
sendiri.
Menerbitkan buku, artinya menyerahkan naskah untuk diproses
menjadi buku. Ada proses editing, setting perwajahan buku dalam, perwajahan
buku luar (cover) dan back cover
Untuk naskah reguler, pembiayaan dilakukan oleh penerbitnya,
dengan terlebih dahulu melakukan kajian bisnis sebuah buku apakah menguntungkan
atau tidak.
Karena cukup ketatnya kajian bisnis sebuah buku,
sehingga banyak buku yang tidak mampu
dijual oleh penerbitnya, sehingga diputuskan untuk dikembalikan ke penulisnya.
Penulis terkadang membiayai sendiri karena mendapatkan
sponsor, menang hibah penulisan dari pemerintah, atau pembiayaan sendiri
Silakan mengirimkan sampel naskahnya ke email penerbit yang
bersangkutan. Penerbit akan melakukan seleksi dan kajian pemasaran buku untuk
usulan naskah yang dikirimkan. Apabila diputuskan untuk terbit, maka penerbit
akan membiayai penerbitan buku tersebut. Biasanya cetak buku kisarannya antara
1000-2000 eksemplar.
Jumlah cetak saat ini
minimal adalah 300 eksemplar, untuk mengantisipasi UU perbukuan 2017 yang
mensyaratkan terbitan harus tersebar luas di masyarakat. Hal ini menjadi syarat
untuk dapat mengeluarkan ISBN dari perpusnas.
Jumlah cetak 300 eksemplar digunakan kemdigbud untuk
memberikan hibah penulisan buku ajar untuk dosen. Kisaran hibah buku adalah
15jt-25 juta untuk produksi buku 300 eksempar, ukuran UNESCO (16x23 cm), font
12 point, 1 spasi.
Apa syarat utama naskah dapat diterima oleh penerbit
mayor.
Syarat utama adalah otentik, mengikuti kaidah buku ajar
(untuk buku pelajaran), mengikuti trend ( dapat ditelusur google trend
https://trends.google.com/trends/?geo=ID)
Setiap penerbit tentu ada kelebihan dan kekurangannya.
Yang saya tanyakan apa kekurangan dari penerbit mayor.
Kekurangan penerbit mayor adalah jumlah judul, jumlah
produksinya yang besar, serta saluran pemasaran yang beragam sehingga proses
cukup lama dan rumit.
Apa trik yang harus dilakukan oleh penulis pemula
agar naskah dapat deal dengan cepat pada
penerbit mayor
Naskah harus berani diusulkan ke penerbit, gandeng
penulis-penulis senior yang ada di group ini. Sudah 25 angkatan, sehingga tidak
ada salahnya bapak ibu bersilaturahmi dengan teman-teman angkatan sebelumnya.26
angkatan, ya.
Tulislah buku berbarengan dengan tema yang menarik, seperti
kurikulum baru, merdeka belajar, pelajar Pancasila, Pengembangan Soft Skill
untuk anak didik kita. Buku-buku pengayaan dan hard skill juga masih berpeluang
untuk di ulik.
Buku yang trend nya tidak surut adalah buku Fiksi (novel)
dan buku anaik.
Kira-kira berapa target penerbitan naskah pada setiap
bulan/tahunnya pada penerbit mayor.
Target terbitan penerbit ANDI adalah 500 judul per tahunnya
Kira-kira saat ini apa tema-tema yang akan diterbitkan
oleh penerbit mayor. Buku tema Anak
sangat menarik untuk diterbitkan, sayang pembuatannya rumit dan membutuhkan
kemampuan illustrasi yang banyak. Berani menulis Fiksi dengan muatan lokal,
sayang tidak semua penulis piawai merangkai kata-kata fiktif dalam sebuah
cerita. Buku Pelajaran baik Utama maupun Pendaping, kelemahannya penulis
pesaing sudah banyak sehingga kans terbit sangat ketat persaingannya.
Apa yang dilakukan oleh para penulis buku,
percetakan/penerbit buku serta pemasaran buku pada masa sulit tersebut?
Penerbit mengalihkan jualannya ke jualan online, sehingga
banyak market place yang kami gunakan untuk menyalurkan produksi buku yang
sudah tercetak. Saluran pemerintah masih cukup kuat untuk menopang cash flow
penerbit. Tentunya penerbit yang mempunyai modal judul buku yang banyak, lebih
mudah bertahan. Kami mempunyai sekitar 50rb judul terbit sehingga lebih leluasa
memilih atau meramu judul buku untuk proyek pemerintah.
Jika pihak percetakan beralih ke media digital, apakah
proses pemasarannya sama dengan pemasaran buku cetak?
Pemasaran buku digital sangat berbeda dengan buku fisik.
Contohnya di www.pbuandi.com ini adalah model katalog sederhana pemasaran buku
digital. Sayang masih banyak pembaca yang belum familiar dengan transaksi buku
digital. Silakan dikunjungi katalog kami
Bisa juga di katalog buku-buku pelajaran kami di http://bukudigital.my.id/
Bagaimana nasib buku yang di cetak tanpa mendapatkan
ISBN?
Buku yang tidak mempunyai ISBN memang akan mendapatkan angka
kredit yang kecil, tentu hal ini merugikan penulis yang bertujuan untuk
mendapatkan jenjang akademik dari menulis buku
Apakah ada pengganti ISBN agar karya kita diakui?
Ada nomor pengganti ISBN yang disebut dengan GGKEY yang dikeluarkan
oleh Google, sayang nomor ini belum diakui untuk mendongkrak angka kredit.
GGKEY hanya berurusan dengan identifikasi buku yang akan dijual menggunakan
platform GOOGLE.
Bisa melalui proses penerbitan sendiri secara digital
melalui partnership dengan goolge .. sayang nomor GGKEY belum diakui secara sah
sebagai pengganti ISBN.
Apakah setiap penerbit melaporkan deskripsi buku ke ISBN pusat? Maksudnya
secara internasional.
Betul bapak, ISBN buku kita selalu dilaporkan secara
internasional sehingga terpantau oleh pusat ISBN di Inggris. Tidak adan sebuah
buku yang sama ISBN nya. . karena nomornya unik seperti sidik jari atau IP
Addres internet.. kelemahannya yaitu bisa habis jatah nomornya.
Berapa lama proses
penomoran ISBN?
Proses standar Perputakaan Nasional adalah 3 hari kerja,
pada praktiknya bisa lebih cepat dari standar tersebut, terkadang bisa lama
untuk penerbit-penerbit minor atau indi karena ada beberapa persyaratan
penyebarluasan yang harus diikuti.
Jika kita mengajukan satu naskah ke beberapa penerbit
mayor, mungkinkan satu buku yg sama
terbit di lebih dari 1 penerbit?
Tidak mungkin pak, karena saat pengajuan ISBN akan
terdeteksi jika terjadi duplikasi judul. Salah satu akan gugur, biasanya
pengajuan yang terakhir akan digugurkan
Tadi Pak Edi menyebutkan angka penjualan yang turun
hingga 90%, toko buku sebagai outlet utama banyak yang tutup.Bagaimana Penerbit
Mayor bisa tetap survive dengan kondisi seperti itu?
Penerbit mengalihkan jualannya ke jualan online, sehingga
banyak market place yang kami gunakan untuk menyalurkan produksi buku yang
sudah tercetak. Saluran pemerintah masih cukup kuat untuk menopang cash flow
penerbit. Tentunya penerbit yang mempunyai modal judul buku yang banyak, lebih
mudah bertahan. Kami mempunyai sekitar 50rb judul terbit sehingga lebih leluasa
memilih atau meramu judul buku untuk proyek pemerintah.
Yang bertahan adalah penerbit yang memang sudah mempunyai
modal judul banyak, karena bisa masuk ke beberapa saluran pemerintah. Tampaknya
pemerintah konsisten untuk tetap belanja buku selama masa pandemi, sehingga
penerbit-penerbit yang koleksi judulnya banyak masih bisa bertahan. Akan tetapi
tidak semua penerbit bisa beruntung sperti itu, banyak yang memang kemudian
tutup, apalagi ada badai ISBN .. banyak penerbit yang akhirnya menyerah.. krn
kesulitan modal produksi buku.
Apakah ada trik khusus dalam penulisan buku?
Trik yang paling mujarab memang Content is the king sehingga
secara organik buku tersebut akan mandiri jualan sendiri. Tapi memang seribu
satu buku tersebut. Untuk mendongkrak penjualan biasanya penulis dapat
menggunakan jurus klise ATM - Amati Tiru Modifikas dari buku-buku Best Seller
Terus rajin menulis berbarengan, supaya nama kita bisa nyangkut di Google,
sehingga penerbit dapat meliriknya saat googling, karena googling jejak digital
calon penulis biasanya dilakukan oleh penerbit termasuk kami. Trik gampang ..
nama bapak ibu coba di google.. apakah menarik indeks google atau tidak..
itulah jejak digital bapak ibu. ini contohnya.. maaf sedikit narsis.. hanya
untuk contoh saja bapak ibu ππ
Untuk lolos di percetakan mayor, minimal berapa halaman
dan maksimal berapa halaman, apakah ada ketentuan jumlah halaman?
Menurut aturan UNESCO, ketebalan halaman sebuah buku adalah
40 halaman. Akan tetapi penerbit tidak menggunakan acuan tersebut, banyak buku
anak 12 halaman yang laku. Buku 1000 halaman juga bisa laku jika memang sangat
dibutuhkan pembaca
Buku Farmakope jumlah halamannya lebih dari 1000 akan tetapi
banyak dicari oleh pembacanya yaitu dokter, ahli obat, farmasi, rumah sakit,
perawat dll
Jumlah halaman sebenarnya bukan ketentuan utama karena
variabel yang memengaruhi buku laku dan tidak bukan hanya dari jumlah halaman
saja. Untuk buku ajar, kami biasanya mensyaratkan minimal harus 100 halaman,
supaya punggung bukunya ada dan judul buku terlihat. Ini yang disebut punggung
buku jumlah halaman 100 - 200 halaman, kisaran harga buku adalah 50 - 150 rb
masih sesuai dengan kantong pembeli buku di Indonesia
Bersyukur dengan adanya pandemi, seandainya tidak ada
pandemi maka pembelajaran tatap muka tetap berlangsung dan teknologi tidak
berkembang pesat seperti sekarang mengalahkan literasi manual bagi penulis
pemula untuk memiliki buku sendiri atau solo pasti masih susah untuk
menerbitkannya karena para penerbit masih banyak orderan.
Seandainya sejak dahulu para penerbit menjemput bola tentu kami punya koleksi buku
yg lumayan banyak. Hehe.
Terimakasih kepada para penerbit kini sudah terbuka,
"welcome" terutama pada penulis pemula π
Setuju sekali, Pandemi membawa berkah penetrasi teknologi
lebih cepat terjadi, sehingga kita bisa tergagap dan tergopoh-gopoh
menyongsongnya daripada terkaget ternyata kita tertinggal jauh.
Closing Statement
Pandemi tampak seperti ruang gelap tidak ada celah, akan
tetapi jika kita menengadah ke atas, ternyata masih ada setitik cahaya yang
dapat kita gunakan untuk penunjuk arah. Penerbit-penerbit saat ini masih
berjuang untuk hidup, sehingga calon-calon penulis tidak perlu gundah karena
tulisan bapak ibu pasti akan berlabuh .. jika kita tekun dan tabah melihat
cahaya petunjuk tersebut.. salam hormat dan sehat selalu
Terima kasih Pak Edi atas paparan materi yang sangat
istimewa ini. Semoga kami yang tergabung dalam Kelas Belajar Menulis PGRI dapat menjadi penulis buku Mayor .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar