Kamis, 16 Juli 2022
Hari ke-7
Kampuang Sarugo
Asal bernama Kampuang Sarugo
dari bentuk bagunan rumahnya yang ada Saribu Gonjong. Rumah Gadang ini memiliki
5 gonjong setiap satu rumah yang mencerminkan Rukun Islam. Saat ini sebagian Rumah Gadang yang ada di
Kampuang Sarugo tersebut adayang dijadikan sebagai tempat penginapan untuk
wisatawan.
Kampuang Sarugo merupakan
tempat wisata yang indah dan menawan yang
terletak Nagari Koto Tinggi Kabupaten Lima puluh Kota Kecamatan Gunuang Omeh Sumatra
Barat. Selain itu daerah ini terkenal sebagai daerah penghasil jeruk. Sepanjang jalan akan
terlihat kebun jeruk yang membuat para pengunjung tergoda untuk memetiknya.
Dijelaskan Yazid,
Kampuang Sarugo diresmikan pada akhir Agustus 2019. “Akhir pekan dan libur
panjang, Kampuang Sarugo akan ramai dikunjungi wisatawan. Ada yang sekedar
menikmati agrowisata jeruk dan bermain di sungai,” ungkapnya.
Lalu, juga ada wisatawan
yang bermalam di Kampuang Sarugo. “Ada juga yang bermalam di sini, di Rumah
Gadang, meski belum semua Rumah Gadang dijadikan homestay, minat wisatawan
cukup tinggi untuk menginap,” jelasnya.
Meskipun memiliki
keindahan alam yang menawan serta objek wisata yang mempesona, daerah Koto Tinggi
ternyata masih kekurangan jaringan komunikasi. Akses internet hanya bisa
didapatkan melalui jaringan wifi yang dimiliki oleh orang-orang tertentu.
Padahal, saat ini
Kampuang Sarugo masuk dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2020 dengan
kategori Kampung Adat. Untuk pembinaan dan promosi wisata, saat ini Pemkab Lima
puluh Kota melalui Dinas Komunikasi dan Informatika telah memfasilitasi
pembuatan website dan media sosial Kampuang Sarugo.
Sarugo merupakan desa
wisata binaan Fakultas Pariwisata Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
(UMSB) sejak setahun yang lalu. Mengunjungi perkampungan terpencil dan paling
utara di Kabupaten Lima Puluh Kota itu. Tak tersedia sinyal telepon provider
apapun. WIFI jaringan memang sudah ada, namun tak maksimal.
Sesuai namanya, Sarugo
merupakan perkampungan adat dengan rumah gonjong yang sangat padat. Deretan
rumah gonjong di sini, seperti membentuk barisan rapi dan semuanya menghadap ke
Masjid Raya.
Kampung Sarugo dikelilingi
oleh deretan perbukitan kanan kirinya
bukit yang ditanami dengan pohon jeruk. Jeruk dari kampung sini dikenal dengan
nama JESIGO yang merupakan kependekan dari jeruk siam gunuang omeh.
Penduduk kampuang Sarugo
sangat menjunjung tinggi nilai budaya. Mereka disiplin, ramah dan religius. Di
setiap sendi kehidupan adat Minangkabau selalu dikedepankan. Falsafah budaya
Minang dalam Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah merupakan
salah satu filosofi hidup yang dipegang dalam masyarakat Minangkabau, yang
menjadikan Islam sebagai landasan utama dalam tata pola prilaku dalam nilai –
nilai kehidupan.
Suasana pedesaan yang
asri di tambah semilir angin dari bebukitan, mendatangkan nuansa damai yang tak
ditemukan di tempat lain.
Di kampuang sarugo akan
kita jumpai kesenian anak nagari yang sedang berkembang dengan pesatnya.
Seperti randai, talempong, maupun silek masih lestari sejak dulu hingga kini. Ada
sungai tempat anak-anak kampuang sarugo mandi karena sungainya jernih dan
arusnya tidak begitu kencang.
Kampung ini merupakan
daerah penting semasa PDRI, Syafruddin Prawiranegara beserta Petinggi lainnya
pada masa itu, ternyata pernah bermukim di sana sebagai bukti bagunan monument
PDRI.
Perjalanan mengunjungi
Sarugo harus menempuh jalanan berliku-liku sejauh 50 Kilometer dari Payakumbuh
menuju Gunuang Omeh atau Lebih kurang 2 jam menggunakan kendaraan. Bisa
ditempuh roda dua atau roda empat. Bila ada keraguan jangan sungkan untuk
bertanya karena masyarakat di sini akan melayani kita dengan baik sebab orangnya ramah tamah..
Mari kita berlibur ke
kampuang sarugo dijamin tidak mengewakan dan akan membawa oleh-oleh jeruk panen
sendiri.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar