Rabu, 15 Juni 2022

Tantangan Menulis Setiap Hari

 Rabu, 15 Juni 2022

 Hari ke-6

Paket Internet 


Pagi ini hujan turun tiada hentinya yang membuat udara terasa sangat sejuk. Biasanya jam tujuh anak-anak sudah pada siap mandi, makan dan siap berangkat ke sekolah.

Aku hari ini merasa heran, ada apa dengan mereka jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan belum ada yang makan dan tidak ada yang pamitan pergi ke sekolah. 

Aku berusaha mencari keberadaan anak-anak pagi ini. Barang kali mereka di rumah sebelah.  Ternyata benar mereka dengan santainya bermain gime.

Aku bergegas mengambil ponselku ternyata pesan masuk banyak sekali. Kagetnya ada SMS dari telkomsel yang mengatakan paket internet sudah nol alias sudah habis. Pada hal semalam baru ngisi 30 GB.

"Siapa yang pakai paket internet, Mama?" Mataku  melotot memandangi satu-persatu wajah mereka yang tengah asik bermain gime.

Hasna, Akmal, Rara dan Papa serempak menjawab tidak ada sambil menggelangkan kepalanya. Mereka saling lirik-lirikan seakan meminta ada yang mau mengakuinya.

"Mana mungkin! Kalau bukan kalian yang tukang main game online dari pagi."

"Sumpah, Ma , aku nggak ada." Rara bersumpah untuk meyakinkan Aku.

"Hasna juga nggak ada, Ma. Kemaren baru ngisi 14 GB, masih banyak, belum habis," jawabnya sambil menunjukkan layar handphone, SMS dari operator sebagai bukti kuat penjelasannya untukku.

Aku diam sambil menahan amarah, sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku Bapak dan anaknya. Seharusnya mereka ke sekolah dengan memakai baju mantel biar tak kehujanan bukan main gime online.

"Oke, kalau nggak ada yang mau ngaku, entar Mama ke dukun yang lagi tekenal di Tiaka. Siapa yang ketahuan, handphone kalian semua disita dan tidak akan pernah dikasihkan lagi."

Jelasku begitu marah, kejadian ini bukan hanya sekali. Aku sering kali hanya menikmati paket internet sebentar atau satu dua hari. Selebihnya entah siapa yang memakai, apa dirumah  ini ada tuyul yang doyan paket, ya, pikirku.

"Mampus kau, Akmal! Udah ngaku aja dari pada seumur hidup nggak pakai handphone, setres kau nanti," kata Rara memperingatkannya.

"Ngapain aku takut, Kak. Bilang aja kau yang mulai ketar-ketir." 

Jujur, bukan aku takut karena memang aku tidak menghabiskan paket Mama. Perlu diingat kalau pagi-pagi Ibu sudah emosi, dijamin makan siang dan malam nanti masak sendiri-sendiri.

"Ma, Papa pamit kerja."  Aku hanya diam saja, enggan menghampiri dan bersalaman seperti biasa. Aku sangat kecewa sama sikap papa yang mengajari anaknya pagi-pagi sudah main gime. Coba gunakan ponselnya untuk membaca Alquran, senangnya hati, paketku habis tak masalah, batinku.

"Ma, Papa minta maaf, Papa yang pakai, hehe." Lanjutnya. Aku yang tadinya duduk langsung berdiri sambil melotot, tak terasa tangaku meraih galon agua besar dengan entengnya.

“Sabar, ya, Ma.” ucap Hasna lembut sambil memelukku. 

Papa bergegas menstater motornya, melaju kencang dengan badan gemeteran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengembangkan Komitmen Menulis di Blog

  Tema               : Komitmen Menulis di Blog Gelombang      : 29 Tanggal            : 12 Juli 2023 Tema                : Komitmen M...